Oleh: Prof. Dr. Nur Kholis Setiawan
Direktur Pendidikan Madrasah
Ada frasa menarik di dalam kitab Ta’lim
Muta’allim karya az-Zarnuji, yakni I’lam bi anna afdhalal ‘Ilmi ‘Ilmul hal. Artinya, “ketahuilah,
sesungguhnya ilmu yang lebih utama adalah ilmul hal.” Saya tertarik untuk mengetahui
apa sebenarnya ilmu hal itu. Rupa-rupanya ketika saya ‘tamasya’ ke berbagai
literatur tradisi keislalaman, ilmu hal adalah berbagai macam ilmu yang
sifatnya supporting knowledge atau ilmu bantu dalam pengembangan berbagai
kajian keislaman. Artinya ada ilmu inti seperti al-Quran, hadis, fikih, akidah
dan tafsir. Lalu ada supporting knowledge/ilmu bantu seperti logika, filsafat,
antropologi, sejarah, ilmu-ilmu alam dan seterusnya. Rupanya inilah yang
dimaksud dengan ilmul hal.
Dalam beberapa informasi yang saya
dapatkan dari tulisan pemikir Islam, ilmu hal ini intinya adalah dinamis dan
memberikan sofistikasi terhadap ilmu inti. Nah, kalau kita coba korelasikan
dengan apa yang akan kita lakukan di sini yakni kegiatan penguasaan IT dan
media, kegiatan ini—Peningkatan Kapasitas Pegawai Bidang IT dan
media—sebetulnya merupakan langkah menguasai supporting knowledge tadi.
Penguasaan IT dan Media ini akan menjadi ilmu penguat terhadap komponen inti
pada ranah Kinerja Direktorat Pendidikan Madrasah.
Kalau kita sepakat bahwa pengembangan
madrasah merupakan inti kinerja Ditpenma, maka
yang bisa dilakukan adalah sofistikasi melalu program, kegiatan dan
aktivitas-aktiviotas yang bekesinambungan yang jadi acuan dari madrasah
se-Indonesia. Katakanlah Ditpenma adalah bapak madrasah-madrasah se-Indonesia,
maka Oleh sebab itu, dalam kerangka ini perlu dilakukan dinamisasi dan
sofistikasi terhadap alat-alat bantu pengembangan marasah.
Alah-alat bantu inilah yang bisa
mendorong percepatan perubahan. Tidak mungkin ada perubahan di madrasah tanpa
ada komunikasi intensif dengan para stakeholder madrasah. Tidak mungkin akan
terbangun komunikasi yang baik dengan para stakeholder madrasah, jika Ditpenma
masih berperadaban manual. Tidak mungkin masyarakat akan mengetahui tentang
perkembangan dunia madrasah, jika tidak pernah ada tulisan atau publikasi yang
baik dan kreatif tentang madrasah. Oleh karena itu, saya melihat pendefinisian
ilmu hal—dalam konteks pengembangan madrasah—bisa kita sederhakan dalam dalam
dua kata kunci, yakni Information Technology (IT) dan media.
Beberapa pemikir Barat menyampaikan bahwa
kesalahan yang dilakukan berulang-ulang atau kesalahan yang selalu
diulang-ulang akan menjelma menjadi kebenaran. Atau dalam bahasa ekstrem akan
menjadi budaya. Kekeliruan yang dilakukan terus-menerus, karena didesiminasikan
secara terus-menerus itu bisa menjadi kebenaran. Sehingga kesalahan yang
disiarkan terus-menerus akan menjadi kebenaran.
Kalau kita melihat bagaimana media
seperti CNN atau BCC—yang sekarang sudah ada penyeimbangnya Aljazira—maka
kesalahan yang disiarkan setiap hari tentang imaj tentang Islam yang radikal,
muslim yang kumuh, China yang banyak penyakit dan terbelakang. Masyarakat dunia
percaya terhadap imaj yang dibangun media. Dunia baru terbelalak ketika
Olimpiade Dunia dilgelar di China Beijing sehingga mereka mengetahui tentang
China sebenarnya.
Ini artinya bahwa ketika media selalu
mengatakan yang sama, berulang-ulang secara terus-menerus meskipun salah, itu
akan dianggap menjadi sebuah kebenaran. Oleh karena itu tentu banyak hal yang perlu
kita lakukan, ketika akan melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas
madrasah. Data statistik jelas menyebutkan bahwa dalam tiga tahun terakhir ini
hasil UN (Ujian Nasional) MA lebih baik ketimbang hasil UN SMA. Tetapi karena
publikasi yang masih kurang di media, belum banyak teman yang menulis di media
tentang capaian yang dimiliki madrasah, maka kemudian tidak akan banyak orang
yang tahu.
Oleh karena itu, ketika saya membaca
‘Ilam bi anna afdhalal ilmi ilmul hal bahwa supporting knowledge, pengetahuan
yang sifatnya sebagai piranti untuk perbaikan dan pembenahan tersebut ternyata
begitu dijunjung tinggi dalam tradisi keilmuan keislaman. Saya ingin menyatakan
bahwa yang kita lakukan untuk pembenahan terhadap IT dan Media adalah sesuatu
yang sangat Islami.
Website Direktorat Pendidikan Madrasah
(madrasah.kemenag.go.id) merupakan wadah aplikasi skill IT dan sekaligus image
building madrasah yang lebih baik. Oleh sebab itu, harus dimaksimalkan secara
baik dan benar.
Saya sempat mendapatkan kesan positif
ketika melakukan kunjungan ke madrasah di sebuah daerah. Madrasah tersebut
memasang spanduk yang bertuliskan “Jadikanlah Madrasahmu sebagai tempat
berlabuh tidak hanya sekadar tempat datang dan pergi.” Ini menarik untuk
diresapi. Kosa kata yang dipajang di spanduk yang besar di sebuah madrasah
terpencil.
Tulisan tersebut menyiratkan bahwa
stakaeholder madrasah (guru, siswa, kepala sekolah, pengawas sekolah dan
masyarakat di sekelilingnya) memberikan satu semangat yang begitu kuat,
memberikan nilai lebih, satu harapan bagi lahirnya generasi muslim yang lebih
baik di masa-masa mendatang. Kalau di daerah saja memiliki geliat atau ghirah
yang begitu luar biasa. Oleh sebab itu,
rasanya perlu ada perubahan mindset dan pola pikir agar kita mempu mendinamisir
geliat madrasah-madrasah di daerah untuk lebih baik, dan menumbuhkan semangat
agar lembaga pendidikan madrasah tidak dianggap sebagai the second option di
antara lembaga pendidikan yang setara lainnya.
Sekali lagi Teknologi Informasi dan media
merupakan wadah bagaimana kita beradaptasi dan bagaimana kita make use media dan IT untuk melakukan pembenahan di
lingkungan madrasah. (Disarikan dari Sambutan dan Arahan Direktur Pendidikan
Madrasah pada acara Pembukaan Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pegawai Bidang IT
dan Media, Bogor, 19-21 Mei 2014)
Sumber: http://madrasah.kemenag.go.id
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon